SISTEM DIGITAL

Sistem analog/digital memproses sinyal-sinyal bervariasi dengan waktu yang
memiliki nilai-nilai kontinyu/diskrit seperti yang terlihat pada gambar 1.
Gambar 1 : sinyal analog vs sinyal diskrit
Beberapa keuntungan sistem digital dibandingkan dengan sistem analog adalah :
- kemampuan mereproduksi sinyal yang lebih baik dan akurat
- mempunyai reliabilitas yang lebih baik (noise lebih rendah akibat imunitas
yang lebih baik)
- mudah di disain, tidak memerlukan kemampuan matematika khusus untuk
memvisualisasikan sifat-sifat rangkaian digital yang sederhana
- fleksibilitas dan fungsionalitas yang lebih baik
- kemampuan pemrograman yang lebih mudah
- lebih cepat (debug IC complete complex digital dapat memproduksi sebuah
keluaran lebih kecil dari 2 nano detik)

- Ekonomis jika dilihat dari segi biaya IC yang akan menjadi rendah akibat
pengulangan dan produksi massal dari integrasi jutaan elemen logika digital
pada sebuah chip miniatur tunggal.
Sistem digital menggunakan kombinasi-kombinasi biner BENAR & SALAH
untuk menyerupai cara ketika menyelesaikan masalah sehingga disebut juga logikalogika
kombinasional. Dengan sistem digital dapat digunakan langkah-langkah berpikir
logis atau keputusan-keputusan masa lalu (memori) untuk menyelesaikan masalah
sehingga biasa disebut logika-logika sekuensial (terurut).
Logika digital dapat direpresentasikan dengan beberapa cara yaitu :
- tabel kebenaran (truth table) menyediakan suatu daftar setiap kombinasi
yang mungkin dari masukan-masukan biner pada sebuah rangkaian digital
dan keluaran-keluaran yang terkait.
- ekspresi-ekspresi Boolean mengekspresikan logika pada sebuah format
fungsional.
- diagram gerbang logika (logic gate diagrams)
- diagrams penempatan bagian (parts placement diagrams)
- High level description language (HDL)

2. SISTEM BILANGAN DAN PENGKODEAN
2.1 Sistem Bilangan
Beberapa sistem bilangan :
1. Bilangan Desimal
Bilangan desimal adalah bilangan yang memiliki basis 10
Bilangan tersebut adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 ( r = 10 )
2. Bilangan Biner
Bilangan biner adalah bilangan yang memiliki basis 2
Bilangan tersebut adalah 0 dan 1 ( r = 2 )
3. Bilangan Oktal
Bilangan oktal adalah bilangan yang memiliki basis 8
Bilangan tersebut adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 ( r = 8 )
4. Bilangan Heksadesimal
Bilangan Heksadesimal adalah bilangan yang memiliki basis 16
Bilangan tersebut adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, dan F ( r = 16 )
2.2 Konversi Bilangan
1. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Biner
Nilai bilangan desimal dibagi dengan 2, pembacaan nilai akhir hasil pembagian
dan urutan sisa hasil pembagian adalah bentuk bilangan biner dari nilai desimal.
2. Konversi Bilangan Biner ke Bilangan Desimal
Setiap urutan nilai bilangan biner dijumlahkan, dengan terlebih dahulu nilai
biner tersebut dikalikan dengan bobot bilangan biner masing-masing.
Contoh :
Ubah bilangan biner 1001 ke dalam bilangan desimal
Jawab :
(1x23) + (0x22) + (0x21) + (1x20) ≡
(1x8) + (0x4) + (0x2) + (1x1) ≡
8 + 0 + 0 + 1 = 9
Jadi hasil konversi bilangan biner 1001 adalah 9 desimal.
3. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Oktal
Nilai bilangan desimal dibagi dengan 8, pembacaan nilai akhir hasil pembagian
dan urutan sisa hasil pembagian adalah bentuk bilangan oktal dari nilai desimal.
4. Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Desimal
Setiap urutan nilai bilangan oktal dijumlahkan, dengan terlebih dahulu nilai
oktal tersebut dikalikan dengan bobot bilangan oktal masing-masing.
Contoh :
Ubah bilangan octal 1021 ke dalam bilangan desimal
Jawab :
(1x83) + (0x82) + (2x81) + (1x80)
(1x512) + (0x64) + (2x8) + (1x1)
512 + 0 + 16 + 1 = 529
4
Jadi hasil konversi bilangan octal 1021 adalah 529 desimal.
5. Konversi Bilangan Desimal ke Bilangan Heksadesimal
Nilai bilangan desimal dibagi dengan 16, pembacaan nilai akhir hasil pembagian
dan urutan sisa hasil pembagian adalah bentuk bilangan Heksadesimal dari nilai
desimal.
6. Konversi Bilangan Heksadesimal ke Bilangan Desimal
Setiap urutan nilai bilangan Heksa dijumlahkan, dengan terlebih dahulu nilai
heksa tersebut dikalikan dengan bobot bilangan heksadesimal masing-masing.
Contoh :
Ubah bilangan Heksa 9AF ke dalam bilangan desimal
Jawab :
(9x162) + (Ax161) + (Fx160)
(9x162) + (10x161) + (15x160)
2304 + 160 + 15 = 2479
Jadi hasil konversi bilangan Heksa 9AF adalah 2479 desimal
7. Konversi Bilangan Oktal ke Bilangan Biner
Setiap digit bilangan octal dapat direpresentasikan ke dalam 3 digit bilangan
biner. Setiap digit bilangan octal diubah secara terpisah.
Contoh :
Ubahlah bilangan octal 3527 ke dalam bilangan biner
Jawab :
3 5 2 7
011 101 010 111
5
Jadi hasil konversi bilangan octal 3527 adalah 011101010111
8. Konversi Bilangan Biner ke bilangan Octal
Pengelompokan setiap tiga digit bilangan biner mulai dari LSB hingga MSB.
Setiap kelompok akan menandakan nilai octal dari bilangan tersebut.
Contoh :
Ubahlah bilangan biner 11110011001 ke dalam bilangan octal
Jawab :
011 110 011 001
3 6 3 1
Jadi hasil konversi bilangan biner 11110011001 adalah 3631
9. Konversi Bilangan Heksadesimal ke bilangan Biner
Setiap digit bilangan Heksa dapat direpresentasikan ke dalam 4 digit bilangan
biner. Setiap digit bilangan heksa diubah secara terpisah.
Contoh :
Ubahlah bilangan Heksa 2AC ke dalam bilangan biner
Jawab :
2 A C
0010 1010 1100
Jadi hasil konversi bilangan heksa 2AC adalah 001010101100
10. Konversi Bilangan Biner ke Heksadesimal
Pengelompokan setiap empat digit bilangan biner mulai dari LSB hingga MSB.
Setiap kelompok akan menandakan nilai heksa dari bilangan tersebut.
Contoh :
Ubahlah bilangan biner 10011110101 ke dalam bilangan heksa
Jawab :
4 F 5
0100 1111 0101
Jadi hasil konversi bilangan biner 10011110101 adalah 4F5
6
2.3 Bilangan Biner Pecahan
1. Konversi bilangan desimal pecahan kedalam bilangan biner
Mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal tersebut dengan 2, bagian
bulat dari hasil perkalian merupakan pecahan alam bit biner.
Contoh :
Ubahlah bilangan biner 0,625 kedalam bilangan biner
Jawab :
0,625 x 2 = 1,25 bagian bulat = 1 (MSB), sisa = 0,25
0,25 x 2 = 0,5 bagian bulat = 0, sisa = 0,5
0,5 x 2 = 1,0 bagian bulat = 1 (LSB), sisa = 0
Sehingga 0,625 = 0,101
2. Konversi bilangan biner pecahan kedalam bilangan desimal
Mengalikan setiap bit bilangan biner dibelakang koma (pecahan) dengan bobot
dari masing-masing bit bilangan tersebut.
Contoh :
Ubahlah bilangan biner 0,101 kedalam bilangan desimal
Jawab :
(1x2-1) + (0x2-2) + (1x2-3)
(1x0,5) + (0x0,25) + (1x0,125)
0,5 + 0 + 0,125 = 0,625
Sehingga 0,101 = 0,625
2.4. Bilangan Binary Coded Decimal (BCD)
Bilangan BCD mengungkapkan bahwa setiap digit desimal sebagai sebuah
nibble. Nibble adalah string dari 4 bit.
Contoh 1:
Tentukan bilangan BCD dari bilangan desimal 2954
Jawab :
2 9 5 4
0010 1001 0101 0100
Jadi, bilangan desimal 2954 adalah 0010 1001 0101 0100 BCD
Contoh 2:
Tentukan bilangan desimal dari bilangan BCD 101001110010111
Jawab:
7
0101 0011 1001 0111
5 3 9 7
Jadi, bilangan BCD 101001110010111 adalah 5397 desimal.
2.5. Aritmatika Biner
1. Penjumlahan Biner
Aturan dasar penjumlahan bilangan biner
0 + 0 = 0
0 + 1 = 1
1 + 0 = 1
1 + 1 = 0, simpan 1
Contoh :
Jumlahkan bilangan biner 11001 dengan 11011
Jawab :
11001
11011
110100
Jadi hasil penjumlahan 11001 dengan 11011 adalah 110100
2. Pengurangan Biner
Aturan dasar pengurangan bilangan biner
0 – 0 = 0
1 – 0 = 1
1 – 1 = 0
0 – 1 = 1, pinjam 1
Contoh : Kurangkan bilangan biner 1111 dengan 0101
Jawab :
1111
0101
1010
Jadi hasil pengurangan 1111 dengan 0101 adalah 1010
2.6. Bilangan biner komplemen 1 dan komplemen 2
Bilangan biner komplemen 1 dapat diperoleh dengan mengganti semua bit 0
menjadi 1, dan semua bit 1 menjadi 0.
Contoh : Tentukan bilangan biner komplemen 1 dari bilangan biner 100101
+
8
Jawab :
Bilangan biner : 100101
Bilangan biner komplemen 1 : 011010
Bilangan biner komplemen 2 dapat diperoleh dengan menambahkan 1 pada bilangan
biner komplemen 1.
Contoh : Tentukan bilangan biner komplemen 2 dari bilangan biner 100101
Jawab :
Bilangan biner : 100101
Bilangan biner komplemen 1 : 011010
+ 1
Bilangan biner komplemen 2 : 011011
Bilangan biner komplemen 2 dapat digunakan untuk pengurangan bilangan biner.
2.7. Kode Gray
Kode gray biasanya dipakai pada mechanical encoder. Misalnya pada telegraf.
1. Konversi biner ke kode gray
Terdapat beberapa langkah untuk mengubah bilangan biner menjadi kode gray :
a. Tulis kebawah bilangan biner
b. MSB bilangan biner adalah MSB kode gray
c. Jumlahkan (dengan menggunakan modulo2) bit pertama bilangan biner
dengan bit kedua, hasilnya adalah bit kedua kode gray.
d. Ulangi langkah c untuk bit-bit selanjutnya.
Contoh : Ubahlah bilangan biner 1001001 kedalam kode gray
Jawab :
Biner Gray Keterangan
1001001
1001001 1 MSB Biner = MSB Gray
1001001 11 1 modulo2 0 = 1
1001001 110 0 modulo2 0 = 0
1001001 1101 0 modulo2 1 = 1
1001001 11011 1 modulo2 0 = 1
1001001 110110 0 modulo2 0 = 0
1001001 1101101 0 modulo2 1 = 1
Jadi kode gray dari bilangan biner 1001001 adalah 1101101
2. Konversi kode gray ke bilangan biner
Terdapat beberapa langkah untuk mengubah kode gray menjadi bilangan biner :
a. Tulis kebawah bilangan biner
b. MSB kode gray adalah MSB bilangan biner
c. Jumlahkan (dengan menggunakan modulo2) bit pertama kode gray dengan
bit kedua bilangan biner, hasilnya adalah bit kedua bilangan biner.
d. Ulangi langkah c untuk bit-bit selanjutnya.
Contoh : Ubahlah kode gray 1101101 kedalam bilangan biner
Jawab :
Gray Biner Keterangan
1101101
1101101 1 MSB Biner = MSB Gray
1101101 10 1 modulo2 1 = 0
1101101 100 0 modulo2 0 = 0
1101101 1001 0 modulo2 1 = 1
1101101 10010 1 modulo2 1 = 0
1101101 100100 0 modulo2 0 = 0
1101101 1001001 0 modulo2 1 = 1
Jadi bilangan biner dari kode gray 1101101 adalah 1001001
2.8. Kode Excess-3
Kode excess-3 didapat dengan menjumlahkan nilai desimal dengan 3, selanjutnya
diubah ke dalam bilangan biner.
Desimal Biner Excess-3
0 0000 0011
1 0001 0100
2 0010 0101
3 0011 0110
4 0100 0111
5 0101 1000
6 0110 1001
7 0111 1010
8 1000 1011
9 1001 1100
10
3. DASAR DIGITAL
3.1. Gerbang-gerbang sistem digital
Gerbang-gerbang sistem dijital atau gerbang logika adalah piranti yang memiliki
keadaan bertaraf logika. Gerbang logika dapat merepresentasikan keadaan dari bilangan
biner.
Terdapat dua keadaan pada gerbang logika, yaitu 0 dan 1. Tegangan yang
digunakan dalam gerbang logika adalah HIGH (1) dan LOW (0). Sistem digital yang
paling kompleks seperti komputer besar disusun dari gerbang logika dasar seperti AND,
OR, NOT dan gerbang kombinasi (turunan) yang disusun dari gerbang dasar tersebut
seperti NAND, NOR, EXOR, EXNOR.
Gerbang Universal merupakan salah satu gerbang turunan yang dirangkai
sehingga menghasilkan output yang sama dengan output dari gerbang dasar maupun
gerbang turunan. Adapun gerbang universal itu adalah NAND dan NOR.
Gerbang AND digunakan untuk menghasilkan logika 1 apabila semua masukan
adalah berlogika 1. Gerbang OR digunakan untuk menghasilkan logika 1 apabila salah
satu masukan berlogika 1. Gerbang not adalah gerbang inverter (pembalik). Output
yang dihasilkan adalah kebalikan dari input yang diberikan. Gerbang logika turunan.
3.2 Rangkaian Terintegrasi
Rangkaian terintegrasi adalah rangkaian aplikasi yang terbentuk dari berbagai macam
gerbang logika. Rangkaian terintegrasi dapat merupakan kombinasi dari satu jenis
gerbang logika atau lebih. Penyederhanaan rangkaian terintegrasi dapat menggunakan
teorema aljabar boole dan atau peta karnough.

 Download versi .pdf

0 komentar:

Posting Komentar